Oknum Guru SD Inpres Sikumana 3, Diduga Aniaya Mahasiswa Asal Sabu-Raijua di Jalan Sesawi


KUPANG,KP

Tindak Pidana penganiayaan kembali terjadi di Jln. Sesawi, RT 027/RW 013, Kelurahan Oepura, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Kali ini korbannya adalah Markus Do (27) yang merupakan seorang mahasiswa asal Kabupaten Sabu-Raijua di salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Kota Kupang.

Markus diduga telah dianiaya oleh oknum wanita berinisial DU (42) yang adalah warga Jln. Sesawi dan diketahui bahwa oknum tersebut juga merupakan seorang Guru P3K di UPTD SD Inpres Sikumana 3, Pada Sabtu, (01/03/2025), lalu.

Kejadian tersebut pun telah divisum dan dilaporkan oleh korban bersama pihak keluarganya ke Polsek Maulafa sejak hari Senin, Tanggal 3 Maret 2025 lalu dengan bukti laporan polisi Nomor : STPL/28/III/2025/SPKT/POLSEK MAULAFA/POLRES KOTA KUPANG KOTA/POLDA NTT yang diterima Aipda Yohanis Tallo.

Merasa perlu mendapat pendampingan hukum atas persoalan yang sedang menimpanya saat ini, korban setelah menerima saran dari keluarga akhirnya mendatangi Kantor LBH Surya NTT di Jln. W.J.Lalamentik, No.57, Kelurahan Oebufu, Kota Kupang, Pada Sabtu, (05/04/2025).

Sesampainya di Lembaga Bantuan Hukum terbesar di Provinsi NTT tersebut, korban langsung diterima oleh tiga orang Advokat yakni Herry FF Battileo, S.H.,MH., E.Nita Juwita, S.H.,M.H., dan Andre Lado, S.H., bersama puluhan orang Pemimpin Redaksi (Pemred) serta Wartawan/Jurnalis dari Dewan Pimpinan Wilayah Media Online Indonesia (MOI) Provinsi Nusa Tenggara Timur yang secara kebetulan sedang melakukan rapat koordinasi di Lantai 2 yang merupakan markas DPW MOI Provinsi NTT.

Dihadapan para awak media, korban yang langsung didampingi oleh dua orang Kuasa Hukum dari LBH Surya NTT yakni Herry Battileo dan Andre Lado, kemudian menuturkan kronologi kejadian yang dialaminya itu tepat di sebuah tempat pangkas rambut yang berada di depan Gereja GMIT Sesawi Oepura.

Dirinya mengatakan bahwa, "Waktu saya itu saya sementara gunting rambut dan saya tiba-tiba mendengar suara pelaku yang mengatakan, (mana itu binat*ng?!), lalu kemudian pelaku datang membawa kayu (Batang Pohon Kelor yang masih mentah_red) dan langsung memukul saya dari belakang," Bebernya

Korban melanjutkan bahwa saat itu dirinya sedang dibalut kain pangkas yang sedang menutupi seluruh badan sehingga dia tak mampu menghindari serangan pelaku yang terus memaki dan menyerangnya,

"Beta sempat liat dari cermin tapi beta sonde sempat berdiri mamtua su pukul beta dengan kayu dan kena di bagian belakang sementara beta masih tabungkus dengan kain pangkas. Habis itu le mamtua pukul dan pukul yang kedua kayu itu patah. Pas kayu patah mamtua lanjut pukul beta dengan tangan di rahang kiri," Ungkap Markus menggunakan dialek Kupang kental.

Masih menurut korban bahwa tak puas dengan tindakan brutalnya tersebut, pelaku kembali mengambil sapu ijuk dan memukul korban menggunakan gagangnya hingga patah ditubuh korban,

 "Setelah itu mamtua ambil sapu ijuk yang gagangnya kayu dan pukul saya. Pukul pertama saya tangkis dengan tangan sehingga lebam di tangan kiri saya. Pukul kedua kena di jari telunjuk sehingga kayu tersebut juga patah dan tangan saya terasa sakit sekali dan lebam serta bengkak. Setelah patah itu kayu, mamtua masih pukul lagi dengan tangan kosong dan kena di leher kiri saya. Habis itu mamtua keluar dan ambil sapu lidi lalu pukul saya lagi menggunakan gagang sapu lidi yang terbuat dari kayu." Ungkap korban dengan mata berbinar (Sedih)

Sementara itu, Advokat Kondang Herry Battileo selaku kuasa hukum korban mengatakan bahwa perbuatan pelaku sudah merupakan sebuah tidak pidana penganiayaan yang dimana telah diatur dalam undang-undang,

"Tindak pidana penganiayaan diatur dalam Pasal 351 sampai 356 KUHP, dengan ancaman hukuman mulai dari 2 tahun 8 bulan hingga 8 tahun plus 1/3 jika termasuk penganiayaan berat terencana. Pasal 351 KUHP: Penganiayaan biasa, dengan ancaman hukuman penjara paling lama 2 tahun 8 bulan atau denda Rp 4.500. Pasal 351 ayat (1) KUHP: Penganiayaan biasa yang mengakibatkan luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun. Pasal 351 ayat (2) KUHP: Penganiayaan biasa yang mengakibatkan kematian, diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tahun. Pasal 352 KUHP: Penganiayaan ringan, dengan ancaman hukuman penjara paling lama 3 bulan. Pasal 353 KUHP: Penganiayaan berencana, dengan ancaman hukuman penjara paling lama 4 tahun. Pasal 354 KUHP: Penganiayaan berat, dengan ancaman hukuman penjara paling lama 8 tahun. Pasal 355 KUHP: Penganiayaan berat yang mengakibatkan kematian, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 tahun. Pasal 356 KUHP: Penganiayaan berat berencana yang mengakibatkan kematian, diancam dengan pidana penjara paling lama 15 tahun. Pasal 466 UU 1/2023: Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama 2 tahun 8 bulan atau pidana denda paling banyak Rp4,5 juta. Pasal 468 UU 1/2023: Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena melakukan penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama 8 tahun. Pasal 471 UU 1/2023: Penganiayaan ringan, dengan ancaman hukuman penjara paling lama 3 bulan. Ini cuma gambaran umumnya saja agar masyarakat dapat lebih memahami aturan. Namun secara khusus untuk persoalan ini kita akan berkoordinasi dengan polisi, sudah sejauh mana penanganan dari mereka. Selain itu, saya selaku Ketua DPW MOI Provinsi NTT, Ketua SPS (Konstituen Dewan Pers) di NTT, saya minta agar seluruh media kita ini mengawal korban sampai tuntas!." Ujar Tokoh Pers Nasional dari Indonesian Journalist Watch (IJW) tersebut.

Ditambahkan Herry bahwa apa yang dilakukan pelaku adalah hal yang tidak patut dijadikan contoh maupun teladan, sebab pelaku diketahui merupakan salah satu guru di SD Inpres Sikumana 3 sehingga dirinya menilai oknum tersebut tidak layak untuk dipertahankan sebagai guru,

"Apa yang dilakukan pelaku ini bukanlah hal yang patut dijadikan teladan maupun contoh yang baik! Sehingga apabila benar dia adalah guru disana maka oknum ini saya nilai tidak layak untuk tetap dipertahankan. Saya akan bersurat ke pimpinannya, Dinas Pendidikan dan juga Walikota Kupang agar oknum seperti ini ditindak dan diberikan sanksi tegas." Tandas Ketua DPC Peradi Oelamasi itu.

Dirinya juga berharap agar Polsek Maulafa dapat bekerja secara cepat, tepat dan profesional dalam menangani persoalan tersebut,

"Saya berharap polisi dapat bekerja cepat, tepat dan profesional dalam menangani masalah ini sehingga pelaku dapat diganjar sesuai dengan perbuatannya." Terang Herry

Hal senada juga dikatakan oleh Advokat Andre Lado saat diminta tanggapannya, dirinya menyampaikan bahwa persoalan tersebut akan ditangani LBH Surya NTT secara profesional dan biarlah hukum yang akan menguji kebenarannya,

"Intinya kita akan menangani persoalan ini secara profesional dan biar hukum yang akan menguji kebenarannya!." Ucapnya singkat.(kp/tim)
Lebih baru Lebih lama