Shana Sutina, DirekturUtama BPOLBF |
Ende,KP
Program kerja pemerintah saat ini fokus pada pengembangan sektor pariwisata. Pariwisat dijadikan lokomotif dalam program pembangunan. Pasalnya pengembangan sektor pariwisata, ikut menggerakan sekor ekonomi produkyif, UKM, dan usaha perirangan, yang berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat. Namun pembangunan sektor pariwisata harus memiliki orientasi yang jelas sehingga bisa mencapai target yang diinginkan. Untuk mewujutkan target dan menyukseskan pengembangan sektor pariwisata di daratan Flores, Lembata dan Bima, Badan Pelaksana Otorita Labuan Baji Flores (BPOLBF) menggelar Forum Diskusi Desa Wisata Florata.
Kegiatan yang dipusatkan di desa Detusoko Barat, bertujuan untuk menyamakan presepsi, arah, kebijakan serta program kerja pengembangan pariwisata yang utuh dan tidak terpisahkan. Langkah ini ditempuh BPOLBF untuk menggali persoalan dasar, serta kendala yang dihadapi dalam upaya pengembangan sektor pariwisata. Penegasan tersebut disampaikan Direktur Utama BPOLBF, Shana Fatina, kepada media, Sabtu 13/11. Menurutnya, desa Detusoko Barat dipilih sebagai pusat digelarnya kegiatan, mengibgat potensi dan berbagai kemajuan yang dicapai desa Detusoko Barat dalam program.pengembangan sektor wisata dan berbagai program unggulan lainnya.
"Saat ini baik dari kementrian Kemenparekraf, pemprov NTT, pemkab Ende, lembaga perguruan tinggi dan berbagai instansi lainnya, melihat Detisoko Baray sangat berpotensi dan serius dalam upaya pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif lainnya. Pengembangan untik menjadikan desa wisata menjadi hal utama, jangan hanya menjadi wisata alternatif. Para wisatawan harus bisa belajar dari desa wisata, baik menyakut adat, budaya, panorama, kehidupan sosial.masyarakat desa hingga menyangkut kuliner khas dari desa tersebut. Para wisatawan harus bisa menjadi saudara bukan sekedar datang berkunjung lalu kembali. Untuk iti perlu dilakukan penataan, pengembangan serta pembenahan diberbagai sektor termasuk sektor produksi. BPOLBF akan mendorong dan memfasilitasi produk unggulan masyarakat yang sudah memenuhi berbagai kriteria pasar yang diinginkan agar bisa dipasarkan minimal.ditingkat domestik atau didalam negeri." jelas Shana Fatima.
Dalam upaya membantu pemasaran produk masyarakat dan juga produl dari Bumdes, BPOLBF butuh data yang jelas baik berkaitan dengan produk dan juga mengidentifikasi masalah yang ada. Nantinya BPOLBL akan melibatkan dewan pengarah untuk membantu produk dari desa wisata dan bumdes untuk bisa dipasarkan. Syarat utamanya pelaku usaha harus lebih bersemangat dan tekun serta intens dalam kegiatan usahannya.
"Saat ini BPOLBL sudah membantu memasarkan produk dari kabupaten Sika, Ngada, Ende. Untuk kabupaten Ende baru kopi yang kita bantu pasarkan. Kita inginkan ada produk lain baik sayran, kerajinan tenun ikat dan ekonomi kreatif lainnya bisa menembus pasar minimal pasar domestik. Produk yang dihasilkan bisa masuk marjet asalkan memenuhi syarat yang sudah ditetapkan. Minimal.memiliki ijin, berlabel halal dan produksinya berkesinambungan. Harus ada target dan bisa memenuhi permintaan konsumen sehingga kita tidak mengecewakan konsumen. Ini sebagai langkah terobosan dari BPOLBF mengembangkan potensi wisata yang ada di desa sekaligus untuk membantu masyarakat dalam peningkatan ekonomi baik kelompok maupun perorangan. Target kita jangka panjang tetapi kita harus bisa memulai dan meletakan landasan yang kuat sehingga saatnya nanti bisa dinikmati hasil dan perjuangan serta kerja kita dihari ini. Untuk iti tata kelola Bumdes dan Pokdarwis perlu dibenahi dengan baik sehingga dalam proses pengembangan sektor pariwisata tidak ada lagi yang tertinggal. Jika ini bisa kita penuhi maka pariwisata Flores akan menjadi sektor utama yang akan menggerakan sektor ekonomi lainnya menuju kesejahterahan dan kemandirian masyarakat." pungkas Shana Fatina.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Albert M Yani, pada kesempatan tersebut menjelaskan, untuk mengembangkan sektor pariwisata, kususnya desa wisata, perlu ada kesamaan presepsi dan saling memahami sehingga capaian yang ditargetkan bisa tercapai.
"Saya bicara dari kewenangan saya sebagai otoritas dan tupoksi kerja saya. Untuk Pokdarwis ada di Dinas pariwisata, sementara Bumdes berada dibawah DPMPD. Untuk itu tata kelola bumdes harus profesional dan harus berdampingam dengan pokdarwis. Kita harus bisa satukan pemahaman hingga program kerja untik percepatan pencapaian target. Kita saat ini punya 32 produk ubggulan dan.lebih kurang 20 produk sifatnya premium. Saat ini kominilasi terus kita bangun dengan BPOLBF untuk percepat proses sertifikasi halal dan pemenuhan persaratan dasar, sehingga produk unggulan kita bisa tembus baik dipasar domestik maupun manca negara. Paling penting bagi kita ada kesamaan pandangan dan kerja dalam pengembangan desa wisata diikuti dengan pengembangan pokdarwis serta bumdes. Jika ini bisa jita lakukan bersama dalam satu semangat yang sama maka target peningkatan ekonomi desa dan masyarakat desa akan tercapai." tegas Albert M Yani.
Kepala.desa Detusoko Barat, Nando Watu, mengatakan, untuk program pengembangan sektor pariwisata atau desa wisata sudah dimasukan kedalam RPJMDes. Sehingga program kita bisa kita laksanakan dengan menggunakan dana yang ada pada desa. Jika tidak masuk dalam.RPJMDes, sebagus apapun program hanya sebatas pada tatanan diskusi tanpa implementasi.
"Harus kita sampaikan secara jujur, saat ini usulan pembangunan masih didominasi pembangunan fisik, sedangkan untuk program pemberdayaan dan ekonomi kreatif sangat minim bahkan tidak ada anggarannya. Kita sudah memulai dengan memasukan dalam RPJMDes, namun untuk mengatasi dalam hal anggaran, kita membuka ruang untuk.melibatkan pihak ketiga. Program ekonomi kreatif dan pemberdayaan desa wisata, bisa berjalan dengan bantuan dari pemerintah pusat, pemrov NTT, pemkab Ende, Bank NTY serta bantuan dari pihak ketiga lainnya. Total bantuan yang kita dapat sebesar Rp.1,2 Miliar. Kita menggunakan dana bantuan tersebut untuk membiayai berbagai kegiatan pemberdayaan sehingga mulai dirasakan dampaknya bagi masyarakat. Yang kita butuhkan itu dukungan dan kerjasama dari semua elemen baik diinternal desa maupun dukungan dari pemerintah dan BPOLBF dalam peningkatan program.pemberdayaan. Banyak program yang kita sudah rencanakan, dan itu akan menjadi kekuatan dan daya tarik bagi wisatawan, sekaligus bisa mendatangkan pendapatan bagi masyarakat di desa Detusoko Barat." pungkas Nando Watu.(kp/tim)