Romo. Feliks Djawa |
Ende,KP
Ruas jalan sepanjang 1.100 meter tepatnya di Lianunu, Desa Aebara, Kematan Ndori Kondisinya sangat memprihatinkan saat ini. Jalur jalan utama yang terletak dipintu masuk menuju kecamatan Ndori, hingga kini belum dilakukan perbaikan oleh Pemkab Ende. Kondisi ini sudah berlangsung selama tujuh tahun lebih, namun belum ada sentuhan pembangunan dari Pemkab Ende. Berkali-lali sudah masyarakat menyampaikan usulan baik.melalui musrembang, maupun melakukan aksi turun kejalan dengan menutup akses jalan tersebut, tetap saja Pemkab Ende tidak bergeming. Kuat dugaan keengganganan pemerintah menjawabi aspirasi masyarakat, dipengaruhi hasil pada proses politik pemilukada beberapa waktu lalu. Paket Marsel -Djafar yang identik dengan sebutan paket MJ kalah pada wilayah tersebut. Hasil politik menjadi pertimbangan tersendiri dalam proses pembangunan.
Reaksi sebagai bentuk protes mempertanyakan komitmen pembangunan yang digalakan pemerintah, kini disuarakan oleh kaum klerus. Pastor Paroki Wonda, Romo. Feliks Djawa, kepada media, Sabtu, 9/10, kembali menyampaikan keluhan masyarakat, sekaligus mempertanyakan visi dan misi pembamgunan yang dilaksanakan Pemkab Ende saat ini. Menurut Rm. Feliks Djawa, konsep pembangunan yang digelorakan saat ini muaranya kemana. Sebagai pemimpin yang terpilih pasa pemilukada lalu setelah dilantik menjadi pemimpin seluruh masyarakat kabupaten Ende. Tidak boleh ada sekat atau pertimbangan dengan menitik beratkan pada ego politik.
"Saya mewakili teman-teman lainnya, tokoh agama, tokoh masyarakat, koordinator pemenangan paket MJ, dan juga seluruh masyarakat di kecamatan Ndori, mempertanyakan sikap dan keseriusan pemerintah menangani kondisi jalan yang rusak.parah tersebut. Sebagai tokoh agama, kita sering mendapat keluhan dari masyarakat dengan beragam.latar dan profesi. Kita harus suarakan ini, sekaligus menagih janji sang pemimpin yang sudah disampaikan kepada masyarakat. Namun hingga saat ini, janji hanya tinggal janji belaka, atau mungkin masyarakat sudah terpuaskan dengan janji. Kita tidak masuk pada ranah politik, tetapi kondiai saat ini masyarakat sangat membutuhkan penanganan serius dari pemerintah untuk ruas jalan tersebut. Kami juga mempertanyakan konsep dan program pembangunan dari desa dan menata kota. Faktanya keluhan dan aksi protes masyarakat yang sudah berulang kali disuarakan, diranggapi dingin oleh pemkab Ende. Kita mempertanyakan komitmen seorang bupati yang sudah menyampaikan janji dan kesanggupannya, namun itu hanya pepesan kosong belaka. Masyarakat butuh kepastian dan aksi nyata bukan janji manis dikala masyarakat bersuara lantang." tegas Rm. Feliks Djawa.
Janji perbaikan jalan sepanjang 1.100 meter yang rusak parah, lanjut Rm. Feliks Djawa, pernah disampaikan secara langsung oleh Bupati Djafar Achmad, saat melakukan kunjungan kerja ke kecamatan Ndori beberapa waktu lalu. Janji yang sama pula sempat diutarakan sejak tahun 2019 lalu, namun hingga kini janji manis tersebut hanyalah harapan semu yang belum dijawab. Masyarakat kecamatan Ndori saat ini terus menagih janji yang pernah disampaikan Bupati Ende. H. Djafar Achmad.
Romo Felix mengisahkan, selama kurang lebih tujuh tahun berkarya di kecamatan Ndori sebagai Pastor Paroki Wonda, mendapatkan banyak janji semu dari politisi bahkan Pemerintah yang tidak pernah terealisasi. Pemkab Ende pernah menjanjikan akan merealisasikan pembangunan jalan 1.100 meter pada tahun 2020. Hingga penghujung tahun 2021 ini janji tersebut belum ditepati juga.
"Artinya Pemerintah di masa kepemimpinan Bupati. H. Djafar Achmad, sangat terkesan mengingkari janji yang sudah disampaikan kepada masyarakat. Urusan politik jangan dibawah ke urusan pembangunan, semua yang ada di kecamatan Ndori dan kecamatan lainnya adalah warga masyarakat Kabupaten Ende. Mereka memiliki hak yang sama untuk merasakan sentuhan pembangunan. Sebagai pemimpin tolong dengar jerit, tangis dan penderitaan yang dialami masyarakat saat ini. Selama ini saya ikut berproses bersama masyarakat untuk mengikuti Musrembangcam sejak tahun 2015 dan janji untuk membanhun jalan 1.100 meter itu sudah ditaburkan lama oleh Pemerintah tapi tidak ada realisasi. Saya tidak tahu apakah ada alasan politk apa yang menyebabkan janji tersebut tidak terpenuhi”. Tutur Rm. Felix Djawa
Lebih jauh dikatakan Rm. Feliks Djawa, secara kasat mata, ruas jalan yang menghubungkan pintu masuk Lianunu Desa Aebara hingga Maubasa Ndori benar-benar dalam kondisi rusak parah dan sungguh sangat memprihatinkan.
“Saya bersama Pak Camat kala itu, Ahmad Liga, 10 kepala desa, tokoh masyarakat, tokoh adat bersama masyarakat kecamatan Ndori bersepakat untuk melakukan pekerjaan secara swadaya. Kita bahu membahu mengumpulkan Kumpul kerikil, batu pasir, semen dan mengerjakan kami secara swadaya dibeberapa titik rusaknya jalan tersebut.
Namun hasil pengerjaan secara swadaya tidak bertahan lama, karena jalur jalan tidak memiliki drainase. Akibatnya ketika musim penghujan tiba, material yang ada dibadan jalan terbawa banjir. Kondisi ini juga membawa duka tersendiri bagi ibu hamil dan orang sakit. Pahitnya, begitu banyak ibu hamil dan orang tua jompo yang sedang sakit, terpaksa harus turun dari kendaraan berjalan kaki sepanjang 1/5 kilo meter, akibat kondisi jalan yang memprihatinkan. Kita minta pemerintah segera memperbaiki ruas jalan tersebut, sebagai jawaban dari janji yang sudah disampaikan kepada masyarakat." pungkas Rm. Feliks Djawa.(kp/tim)