Pabrik Es Milik Pemkab Ende Kembali Beroperasi

Kabid P2UP DKP Ende, Jafar Halim

Ende, KP

Sempat terhenti beberapa saat pabrik es batangan milik pemkab Ende kini kembali beroperasi. Persoalan teknis akibat kerusakan pada mesin dan alat pendingin, berdampak pada terhentinya produlsi es batangan untuk memenuhi kebutuhan nelayan dan pedagang ikan. Upaya perbaikan dilakukan pihak dinas perikanan dan kelautan (DKP) kabupaten Ende, hasilnya pabrik es tersebut kini kembali normal beroperasi. Pabrik yang dibangun pada tahun 2018 menghabiskan dana 2 miliar lebih, diprediksi bakal mubazir. Kerja keras dan kerja tuntas jajaran DKP Ende kembali memberikan harapan. Kembali beroperasinya pabrik tersebut diharapkan mampu memenuhi kebutuhan nelayan dan pedagang ikan, juga memberikan kontribusi bagi pandapatan asli daerah (PAD). 

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) kabupaten Ende, H. Dahlan, melalui Kepala Bidang  pengembangan pengelolahan usaha perikanan (P2UP), Jafar Halim, kepada media dilokasi pabrik es, Kamis, 28/10, menjelaskan, pabrik es milik pemkab Ende kembali beroperasi sejak akir bulan Agustus 2021 lalu. Sampai saat ini produsinya normal dan tidak ada kendala dalam pengoperasiannya. Perlu dilakukan pembenahan dan penambahan dibeberapa bagian, untuk menjaga stabilitas produksi. 


"Produksi per hari mencapai 100 es batangan. Namun per hari kita bongkar setengahnya saja. Langkah ini untuk menjaga suhu tetap berada diposisi minimum. Jadi setengah dari produksi kita simpan didalam mesin pendingin. Kalau kita bongkar semua, suhu nanti langsung ke plus, untuk kembali pada suhu minimum butuh waktu yang lama dan mengganggu produksi es batangan. Hitungannya dalam satu hari tetap dibongkar 100. Setiap 12 jam kita bongkar 50 balok es." jelas Kabid Jafar Halim.

Lebih jauh dijelaskan kabid P2UP, Jafar Halim, dalam dua bulan produksi hasilnya sangat lumayan. Setiap hari kita melayani permintaan para nelayan juga pedagang ikan. Untuk kwalitas es batangan yang dihasilkan, juga sangat baik saat ini. Kondisi ini membuat permintaan es terus meningkat, bahkan permintaan dari kabupaten Nagekeo dan kabupaten lainnya juga dilayani.


"Kita belum bisa menghitung pendapatan secara pasti, karena permintaan tergantung musim dan kebutuhan nelayan serta pedagang ikan. Bisa dirata-ratakan perhari pemasukan sebesar satu (1) juta rupiah. Tetapi biaya operasional juga besar, untuk biaya listrik satu bulan mencapai 12 juta rupiah. Kita juga pekerjakan satu tenaga teknis, satu tenaga administrasi dan sembilan tenaga produksi. Sistim kerja dibagi dalam dua seat, yakni dari pukul 19.00 hingga pukul.07.00 wita satu seat, dan pukul 07.00 hingga pukul 19.00 satu seat. Kwalitas es yang dihasilkan sangat baik saat ini sesuai pengakuan nelayan dan pedagang ikan. Kita juga pernah melayani permintaan dari kabupaten Nagekeo saat pabrik es batangan mereka rusak. Kedepannya kita akan terus perbaiki kekurangan dan menjaga mutu produksi untuk memenuhi kebutuhan nelayan, dan juga bisa memberikan kontribusi bagi PAD. Kita berharap semua pihak bisa mendukung dan memberikan suport agar pabrik.es batangan bisa terus beroperasi memenuhi kebutuhan masyarakat nelayan, pedagang ikan di kabupaten Ende." harap kabid Jafar Halim.

Seperti diberitakan media ini sebelumnya, pembangunan pabrik pembuatan es batu pada tahun 2018, yang menelan dana dua (2) miliar lebih,  terhenti pengoperasiannya. Pasalnya untuk pabrik yang baru dibangun terjadi kerusakan pada cold storage dan mesin pembeku ukuran 10 ton. Kondisi tersebut berdampak pada akrifitas pengoperasian dan produksi es batangan terhenti dalam beberapa bulan ini. Keraguan publik akan kembali.mubazirnya pabrik es yang baru dibangun tersebut ditepis oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ende, H. Dahlan.
Kepada awak media diruang kerjanya, Selasa 18/5, Kadis DKP Ende, H. Dahlan menjelaskan, saat ini pihaknya sedang berupaya mendatangkan teknisi untuk melakukan perbaikan pada bagian-bagian yang mengalami kerusakan. Sesuai informasi dan laporan untuk pabrik es yang baru, terjadi kerusakan pada cold strorage dan mesin pembeku berkekuatan 10 ton. 

"Kita sedang upayakan mendatangkan teknisi untuk melakukan perbaikan pada bagian yang mengalami kerusakan. Untuk pabrik yang baru dibangun kerusakannya pada cold storage dan mesin pembeku ukuran 10 ton. Untuk sementara produksi dihentikan karena tidak akan menghasilkan es batangan atau es beku. Sementara untuk pabrik yang lama kerusakan pada mesin pendingin ukuran 10 ton. Sejak ditempatkan menjadi kepala Dinas Kelautan dan Perikanan pada bulan Januari 2021, masih sempat beroperasi. Namun tidak lama kemudian terjadi kerusakan pada mesin pendingin sehingga operasi dihentikan." Jelas Kadis Dahlan.


Janji sang kadis kini terbukti dengan kembali beroperasinya pabrik es batangan milik pemkab Ende. Pantauan langsung media ini dilokasi pabrik es, terlihat beberapa staf operasional sedang melayani permintaan dari para pedagang ikan. Terlihat satu mobil.pic up sedang mengisi puluhan cool box dengan es batangan yang sudah dihancurkan. Beberapa petugas lainnya terlihat melakukan pemeriksaan pada mesin produksi dari pabrik es tersebut.(kp/tim)







Lebih baru Lebih lama