Ende,KP
Gelora pembangunan terua digalakan desa Detusoko Barat menuju kemandirian ekonomi, dan peningkatan taraf hidup.masyarakat. Berbagai terobosan dan inovasi diberbagai sektor produktif, pariwisata, ekonomi kreatif, dan wisata budaya menjadi prioritas utama program pembangunan desa dibawah kepemimpinan Nando Watu sebagai kepala desa Detusoko Barat. Inovasi dibidang digitalisasi dan kerja sama dengan berbagai elemen baik lembaga tinggi, perbankan, serya lembaga teknis lainnya terus dilakukan. Mempercepat prose pembangunan dan kemandirian ekonomi masyarakat, desa Detusoko Barat kembali menggandeng lembaga pendidikan tinggi, universitas satyawacana Salatiga, dalam upaya harmonisasi percepatan kemandirian ekonomi.
Sinkronisasi dan harmonisasi kelembagaan yang ada di desa antara koperasi dan bumdes menjadi suatu yang mutlak diperlukan. Bumdes ibarat perusahaan yang ada di desa, sedangkan koperasi sebagai lembaga keuangan yang ada di desa. Koperasi dan bumdes bisa saling support dan saling menguatkan dengan satu tujuan untuk kesejahteraan bersama. Hal tersebut disampaikan guru besar univesitas Staywacana Salatiga, Intyas Utami, pada forum diskusi group (FGD) tentang harmonisasi bumdes dan koperasi, yang berlangsung di aula kantor desa Detusoko Barat, Kec. Detusoko kabupaten Ende,Selasa 11/10.
Professor Intyas yang juga stafkhusus gubernur NTT menuturkan, saat ini NTT memiliki program Gesit ( gerakan 1000 koperasi digital). kita kembali untuk menghidupkan koperasi, berkerjasama dengan dua desa dan bumdes di kabupaten Ende yakni Bumdes Au Wula desa Detusoko Barat dan Bumdes Kita, desa Wologai Tengah, Kecamatan Detusoko. Bumdes au Wula dengan digitalisasi sudah berjalan dan ada juga koperasi.
'Kita mau support untuk kedua lembaga ini, dari sisi pendampingan dan sistim digitalisasi. Koperasi menjadi lembaga keuangan di desa, at au lembaga non-Bank, dan kedunya bisa saling mengisi dan mendukung.
Dari sisi modal, Bumdes modalnya berasal dari Pemerintah, sedangkan koperasi modal dari anggota, hibah dan pinjaman. Anggota bumdes bisa menjadi anggota Koperasi," tutur Intyas.
Harmonisasi antara bumdes dan koperasi juga ditanggapi secara positif oleh
Kepala dinas koperasi dan UMKM kabupaten Ende, Sebastianus Bele. Harmonisasi koperasi dan bumdes bisa jalan bersamaan, karena sama- sama memiliki tujuan untuk kesejahteraan. Dua entitas lembaga di desa harus berjalan beriringan. Detusoko Barat sudah memiliki koperasi Anggur Merah dengan nama KSU Debar.
"Koperasi Anggur Merah mendapatkan support dari pemerintah untuk dana bergulir 250 juta dan replikasi 250 juta. Kami berharap Detusoko Barat sudan ada modal dasar jangan hanya focus pengembangan bumdes, tetapi koperasi juga perlu dikembangkan. Tinggal bagaimana memperkuat kepengurusan, pendampingan, pengawasan dan pembinaan, sehingga bisa dilakukan harmonisasi dan pengembangan ke depan," jelas Sebas Bele.
Kepala bidang kelembagaan DPMD kabupaten Ende, Arnoldus Jansen Renggi mengatakan, dari 255 desa ada 88 bumdes yang sudah terbentuk. Namun hanya 31 bumdes yang aktif, dua bumdes super aktif yakni bumdes Au Wula, desa Detusoko Barat dan Bumdes Kita, desa Wologai Tengah. Harmonisasi bumdes dan koperasi di Detusoko Barat dan Wologai Tengah, harus menjadi contoh dan pilot project bagi wilayah lainnya.
Camat Detusoko, Dus Santiasa, menilai FGD yang digelar memberi dampak yang sangat positif. Spirit hari ini, kita mencoba untuk membuka dan bergerak satu langkah lebih maju. Produk unggulan kita bisa dijual untuk peningkatan ekonomi masyarakat. Perlu komitmen bersama, semua harus bergerak bersama, harus bisa lebih. Detusoko Barat menjadi spirit untuk 19 desa lainnya di Kecamatan ini.
Sementara itu, kepala desa Detusoko Barat, Nando Watu, menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak, sehingga FGD bisa digelar di desa Detusoko Barat. Untuk desa Detusoko Barat, ada dua lembaga yakni Bumdes Au Wula dan Koperasi Anggur Merah. Harmonisasi koperasi dan bumdes menjadi peluang emas untuk saling menguatkan.
"Kami apresiasi dengan kehadiran Universitas Kristen Satyawacana Semarang, sebagai bagian dari tanggungjawab akademik, untuk mendukung pemberdayaan ekonomi di desa. Ini merupakan program kolaborasi antara universitas dan desa karena di support oleh kemenristek dikti.
Kami memiliki bumdes dengan dua unit usaha dan juga saat ini ada koperasi KSU Debar. Kedepan kami akan melakukan restrukturisasi kepengurusan, menghidupkan kembali lembaga perbankan yang ada di desa. Kita juga akan berkolaborasi untuk saling support dalam berbagai bidang usaha. Anggota koperasi bisa pinjam untuk mendukung usaha yang nantinya dijual ke bumdes. Disamping itu anggota bumdes bisa berinvestasi di koperasi." Jelas Nandi Watu.
FGD harmonisasi bumdes dan Koperasi dihadiri oleh team dari Universitas Kristen Satywacana Salatiga, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Ende, Kabid Kelembagaan PMD kabupaten Ende, Utusan dari TNK Kelimutu, Camat Detusoko, Pengurus Bumdes Au Wula, Pengurus Koperasi Debar, Pokdarwis, BPD, Kepala Dusun dan Warga Masyrakat. (kp/tim)