Pemkab Ende Merealisasi Penataan Obyek Wisata Alam dan Wisata Sejarah

Bupati Ende, H. Djafar Achmad, meletakan batu pertama pembangunan objek wisata Pantai Kota Raja

Ende,KP

Pemkab Ende mewujudnyatakan rencana penataan objek wisata baik wisata alam dan wisata sejarah. Kepastian tersebut ditandai dengan peletakan batu pertama pembangunan kawasan wisata bahari oleh Bupati Ende, H. Djafar Achmad. Mimpi besar Pemkab Ende memadukan sektor wisata alam dan wisata sejarah kian mendekati kenyataan. Kawasan pantai kota raja, taman bermain anak (taman Rendo), taman permenungan Bung Karno serta Rumah adat, akan dijadikan sebagai pusat wisata alam dan wisata sejarah. Kawasan wisata tersebut akan menjadi pusat wisata bagi masyarakat pulau Flores, NTT, Nasional dan juga bagi wisatawan mancanegara. Perpaduan dua destinasi wisata alam dan wisata sejarah akan menjadi yang pertama di Pulau Flores. Kabupaten Ende sebagai kota sejarah memiliki banyak spot dan situs bersejarah yang memiliki nilai jual yang sangat tinggi. 

Pembangunan dan rehabilitasi kawasan wisata bahari pantai Kota Raja dimulai dan diawali dengan peletakan batu pertama oleh Bupati Ende, H. Djafar H. Achmad, dilokasi Pantai Ria, Kelurahan Kota Raja Kecamatan Ende Utara, Kamis, 22/7. Pada kesempatan tersebut, Bupati Ende, H. Djafar Achmad, menyampaikan ucapan terima kasih kepada  pemerintah pusat, khususnya Kementerian Pariwisata Ekonomi dan Kreatif (Parekraf), yang telah mengalokasikan dana untuk pembangunan Pariwisata bahari di Kabupaten Ende.

“Saya sangat yakin setelah Labuan Bajo, pemerintah pusat akan memperhatikan kabupaten Ende prioritas utama pengembangan sektor pariwisata. Membangun Pariwisata Kota Ende sejatinya adalah memperkuat eksistensi kota Ende dari aspek fisik dan non fisik. Dari aspek fisik yakni kita membangun infrastruktur menuju sebuah kota yang layak, sedangkan dari aspek non fisik kita harus membangun manusia dengan segala kompleksitasnya. Termasuk merajut berbagai peristiwa historis yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dan menjadi faktor yang sangat menentukan dalam lembaran sejarah kota Ende." tegas Bupati Djafar.

Dalam lembaran sejarah Kota Ende, lanjut Bupati Djafar, peristiwa pengasingan Bung Karno dari tahun 1934 – 1938 memiliki makna tersendiri, yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam membangun dan menata Kota Ende. 

“Merajutan kembali perjalanan sejarah bangsa dimasa lalu sebagai kekuatan dalam membangun wisata sejarah di Kabupaten Ende. Inilah momentum untuk memperkuat publitas dan meningkatkan citra Kabupaten Ende, dalam konstelasi pertumbuhan pengembangan kota, baik secara regional maupun secara nasional. Substansi pokok dalam pengembangan Pariwisata Kota Ende adalah menapaki dan memperjelas jejak sejarah, karena Ende adalah kota sejarah. Hal penting yang harus dilakukan adalah menggali dan menghidupkan kembali fragmentasi peristiwa yang pernah terjadi, terutama yang terkait dengan hidup, perjuangan, serta karya Bung Karno ketika berada di Ende. Kita memiliki situs bersejarah yang nyata dan tak terbantahkan. Dalam kebijakan dan implementasinya berbagai aktivitas pengembangan peristiwa kota Ende, harus secara esensial mendukung Ende sebagai kota pancasila. Termasuk penataan taman Ria dan taman rendo yang kita saksikan saat ini." ungkap Bupati Djafar.


Lebih jauh dikatakan orang nomor satu di Bumi Pancasila, H. Djafar Achmad, pemerintah harus dapat mengakomodir sekaligus menjawab kebutuhan masyarakat. Tersedianya fasilitas khusus dan eksklusif yang mudah dijangkau sebagai bagian dari tuntutan kebutuhan hidup masyarakat masa kini, yang harus dijawab dalam pengembangan sektor paruwisata.

"Sebagai Bupati Ende, saya mengajak semua komponen di daerah ini untuk cerdas dalam berpikir, kreatif dan mengerti serta mampu menghasilkan  karya yang atraktif, mendukung pengembangan sektor wisata alam dan sektor wisata sejarah. Kita akan mewujutkan impian besar menjadikan Kabupaten Ende sebagai pusat wisata alam dan wisata sejarah, dengan menyiapkan berbagai fasilitas pendukung lainnya. Intinya, pembangunan disektor pariwisata tetap harus mempertahankan nilai sejarah. Kabupaten Ende harus menjadi pusat pariwisata sejarah bagi wisatawan nusantara dan mancanegara. Bahkan Kabupaten Ende harus kembali menjadi pusat kunjungan bagi masyarakat di pulau Flores." tutup Bupati Djafar.

Kepala dinas Pariwisata Kabupaten Ende, Martinus Satban, dalam laporannya mengatakan, untuk pembangunan kawasan wisata bahari kota raja, anggarannya bersumber dari alokasi dana DAU pembangunan fisik pariwisata tahun 2021.  Kabupaten Ende mendapatkan alokasi dana fisik penunjang bidang Pariwisata bersama 12 Kabupaten Kota Se- Indonesia. 

“Kabupaten Ende mendapatkan alokasi dana terbesar kedua setelah Papua. Design gambar kawasan wisata bahari kota Raja, tetap mempertahankan aspek sejarah yang ada di Kabuoaten Ende. Ini mengindikasikan bahwa perhatian Pemerintah pusat (Pempus) melalui Kemenparkraf RI, terhadap pertumbuhan sektor pariwisata di Kabupaten Ende sangat tinggi. Sektor pariwisata  menjadi salah satu sektor pemicu pembangunan ekonomi yang menjadi lokomotif pengembangan ekonomi di provinsi NTT." jelas Kadis Martinus Satban.

Pembangunan kawasan wisata pantai Kota Raja, lanjut Kadis Martinus Satban, sebagai kawasan wisata bahari yang menawarkan panorama pantai, laut, sunrise, sunset. Keberadaannya menyatu dengan taman perenungan Bung Karno dan menjadikan pantai Ria dan taman Rendo sebagai salah satu elemen yang tak terpisahkan dari Fragmen historis masa lalu.
Kawasan ini di masa lalu telah menjadi saksi sejarah selama tokoh proklamator bangsa diasingkan ke Ende.


"Paket pengerjaan di tahun 2021 meliputi 3 (tiga) lokasi yakni Taman Ria dan Taman Rendo, Kolam pemandian air panas Detusoko dan Sa’o Ria di Desa Koanara Kecamatan Kelimutu. Pengerjaannya dimulai hari ini, dimana untuk pembangunan toilet dengan pagu anggaran sebesar Rp. 505.503.000 yang dikerjakan oleh kontraktor pelaksana CV. Kasih Ibu. Pembangunan plaza kuliner dengan pagu dana sebesar Rp. 2.292.927.000 dengan Kontraktor Pelaksananya adalah CV. Trisna Karya.  Pembangunan jalur pejalan kaki dengan pagu anggaran sebesar Rp. 3.640.473.000 dengan kontraktor pelaksana PT. Berdikari Inti Semesta. Namun konsep dan desain pembangunan tetap memperhatikan aspek historis dan akan dipadukan dalam satu paket wisata sejarah dan alam." ungkap Kadis Martinus Satban.(kp/tim)
Lebih baru Lebih lama