Kepala desa Detusoko Barat, Nando Watu |
Ende, KP
Desa Detusoko Barat, kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende, berhasil menyabet juara ke III dalam lomba desa binaan Bank NTT. Desa binaan ini dikelola oleh BUMDES yang didampingi oleh Bank NTT. Pogram yang ditawarkan adalah program pertanian dan pariwisata, yang didesain sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah potensi ekonomi. Desa Detusoko Barat menjadi the leader of motivation bagi desa-desa lain dalam rangka menumbuhkan perekonomian bagi masyarakat desa. Semwntara untuk urutan pertama diraih desa Ajaobaki dari kabupaten TTS dan juara dua diraih desa Hadakewa, Kabupaten Lembata.
Desa Ajaobaki, Kabupaten Timor Tengah Selatn (TTS) menyabet juara satu dalam ajang bergengsi Festival Desa Binaan Bank NTT tahun 2021. Juara II, Desa Hadakewa, Kabupaten Lembata, Juara III, Desa Detusoko Barat, Kabupaten Ende dan Juara Favorit, Kampung Adat Prai Ijing Desa Tebara, Kabupaten Sumba Barat.
Pengumuman para juara itu disampaikan dewan juri Festival Desa Binaan Bank NTT, Sabtu 17/7, pada puncak acara HUT ke 59 Bank NTT. Ajang tersebut semula diikuti oleh 44 desa se NTT, lalu disaring lagi menjadi 23 terbaik, kemudian diputuskan para pemenang.
Ketua Dewan Juri, DR. James Adam, dalam sebuah video rekaman yang diputar di depan tamu undangan, saat seremoni perayaan HUT Bank NTT, merincikan urutan para juara dan keunggulannya. Apa yang disampaikan oleh Dr. James adalah hasil kesepakatan enam orang juri dalam pleno yang berlangsung di lantai IV kantor pusat Bank NTT, Senin 12/7.
“Festival Desa Binaan Bank NTT tahun 2021 dilakukan oleh Bank NTT dalam rangka implementasi visi Bank NTT sebagai pelopor penggerak ekonomi rakyat. Dan menggali sumber potensi daerah di provinsi NTT. Dewan juri telah menetapkan pemenang,” sebut James.
James Adam mengumumkan kepada para undangan, mengenai alasan terpilihnya setiap nominator. Juara pertama, adalah Desa Ajaobaki di Kabupten TTS. Dia mengemukakan alasan, mengapa Ajaobaki. “Desa ini memiliki beberapa spot wisata yang sangat bagus. Yakni Fatunausus, Fatumnasi, Gunung Marmer, Gunung Mutis dan desa ini berada di puncak, udaranya segar, dingin dan berkabut. Mereka punya multi produk yang ditawarkan yakni 33 jenis minuman dan makanan. Kita akan merasa berbeda ketika kita minum minuman khas instan jahe, serta aneka minuman lainnya. Ada fermentasi jahe, anggur, pisang dan sebagainya. Semuanya bercitarasa istimewa,” sebut James yang juga Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Provinsi NTT itu.
Juara kedua, adalah Desa Hadakwea, Kecamatan Lebatukan, Kabupten Lembata. Menurut James, juri menetapkan desa yang dipimpin oleh Klemens Kwaman ini sebagai juara karena beberapa alasan. “Desa Hadakewa terletak di tepi pantai, mereka menyulap kawasan yang dulu ditelantarkan menjadi mahal. Kekayaan alam laut serta panorama pantainya dijadikan sebagai potensi unggulan,” sebutnya.
Dijelaskan, desa binaan Bank NTT Cabang Lewoleba ini menawarkan program yang berkaitan dengan pariwisata bahari. “Mereka punya konsep yang unik, ikonik, seperti resto, café, wahana bermain di darat seperti out bound, ada juga banana boat, caffe on the boat dan beberapa hiburan live music, di malam hari. Mereka mendesain lokasi itu sebagai Hadakewa The Night Paradise,” ujarnya.
Sedangkan juara tiga adalah Desa Detusoko Barat Kabupaten Ende. Menurut James, desa ini sudah terkenal dalam waktu cukup lama dan desa ini dipilih sebagai desa binaan karena dikelola oleh BUMDES yang didampingi oleh Bank NTT. “Pogram yang ditawarkan adalah program pertanian dan pariwisata yang didesain sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah potensi ekonomi. Dan desa ini adalah menjadi the leader of motivation bagi desa-desa lain dalam rangka menumbuhkan perekonomian bagi masyarakat desa,” terang James.
Disebutkan James, juri menetapkan Kampung Adat Prai Ijing, Desa Tebara Kabupaten Sumba Barat sebagai juara Faforit karena beberapa alasan penting. “Di desa Tebara ini bukan hanya saja karena kampung adatnya, karena di desa ini menjadi lokasi pengambilan gambar produk terbaru Ferrari. Mobil Eropa super mahal itu. Sehingga Tebara, merupakan sebuah simbol budaya yang kuat ketika dipadukan dengan Ferrari, yang mewakili unsur modernitas, menjadi sebuah lambang tentang kedua unsur ini ketika dipadukan, menjadi sebuah kekuatan. Bahkan, dari Tebara ini dunia mengenal lebih jauh tentang Indonesia, dan dari Tebara juga dunia mengenal lebih dekat Pulau Sumba dan Nusa Tenggara Timur,” ujar James.
Sebagai dewan juri dia berharap agar desa-desa yang belum masuk dalam festival tahun ini tidak berkecil hati tetapi lebih termotivasi menggaungkan desa-desa binaannya agar di tahun-tahun berikut menjadi lebih bagus dan lebih berkembang. “Selamat untuk semua yang menjadi juara dan selamat untuk semua yang telah menjadi peserta,” pungkasnya.
Sementara itu, teridentifikasi desa-desa yang masuk dalam daftar 12 besar diantaranya, Desa Ajaobaki (nilai 100%), Desa 7 Maret Hadakewa (nilai 100%), Desa Detusoko Barat (nilai 100%), Desa Compang Todo (Nilai 99%), Desa Colol (nilai 96%), Desa Tebara (nilai 96%), Desa Ternate (nilai 95%), Desa Dualaus (nilai 94%), Kelurahan Manutapen (nilai 93%), Desa Kambatatana (nilai 93%), Desa Tuamese (nilai 91%), Desa Watugong (nilai 86%).
Untuk diketahui, ada 44 desa yang teridentifikasi sebagai desa dengan memiliki BUMDES, yang siap mengikuti festival. Mereka kaya akan potensi. Namun disaringlah 23 dari 44 desa itu, yang mewakili 21 kabupaten dan 1 kota, tempat dimana Bank NTT memiliki kantor cabang. Minus Kantor Cabang Surabaya.
Ada enam orang juri yang dilibatkan dalam Festival Desa Binaan Bank NTT. Yakni, DR. James Adam (Akademisi/dosen), Ir. Abraham Paul Liyanto (Ketua KADIN NTT), Dedy Safari (Regulator/Otoritas Jasa Keuangan), Handrianus Paulus Asa (Regulator/Bank Indonesia), Joni Lie Rohi Lodo (Dinas Parekraf NTT), Stenly Boymau (Konsultan Pers Bank NTT).
Juara I berhak atas uang tunai Rp. 250.juta, juara II Rp. 150 juta dan juara III sebesar Rp. 100 juta. Penghargaan bagi pemenang festival diberikan bantuan pengembangan dan perbaikan sarana dan prasarana menjadi usaha yang mandiri (dalam bentuk CSR).
Sebelumnya, Dirut Bank NTT, Harry Alex Riwu Kaho menegaskan “Festival ini merupakan implementasi dari misi Bank NTT yaitu ‘Pelopor Penggerak Ekonomi Rakyat dan menggali sumber potensi daerah untuk diusahakan secara produktif bagi kesejahtetraan masyarakat NTT.
“Tujuannya adalah meningkatkan pertumbuhan perekonomian masyarakat desa yang multyply effect, menciptakan Desa Binaan yang mandiri dan berbasis digital, sentralistik produk perbankan baik itu produk Dana Pihak Ketiga dan Kredit. Tidak saja itu melainkan iven ini menjadi media promosi dan pemasaran produk Bank NTT, juga pilot project pengembangan Desa Binaan Bank NTT, serta menjadi pusat informasi potensi unggulan di daerah tersebut,” tegas Alex.(kp/tim)