Kampung Adat Bena Kembali Dibuka Bagi Wisatawan

Kampung adan megalitikum Bena, kembali dibuka bagi pengunjung

Bajawa, KP

Sejak pandemi covid 19 diawal tahun 2020 lalu, salah satu destinasi wisata, kampung adat megalitikum  Bena ditutup bagi wisatawan. Kondisi ini berdampak pada perekonomian masyarakat yang menggantungkan hidup dari sektor pariwisata. Sudah satu tahun lebih, kampung adat Bena sepi dari aktifitas dan kunjungan wisatawan. Aktifitas masyarakat adat Bena kembali berggantung pada hasil perkebunan dan pertanian. Hari ini, Senin 7/6, kampung adat megalitikum Bena, kembali dibuka bagi wisatawan baik mancanegara maupun wisatawan nusantara.  Kampung adat megalitikum Bena  masuk juga dalam penjurian sebagai desa binaan Bank NTT.

Kembali dibukanya, akses kunjungan bagi wisatawan disambut hangat masyarakat adat desa Bena. Aktifitas masyarakat mulai terlihat dengan berbagai kegiatan dan aktifitas menyambut dibukanya kembali kunjungan wisatawan ke desa Bena. Aktifitas masyarakat dari sembilan suku mulai terlihat. Momentum ini disambut hangat masyarakat, sebagai momentum kebangkitan dalam dunia pariwisata.

Kepada media ini, Senin 7/6,
Irenius Rodja, Anak tanah desa Tiworiwu, Kampung adat Bena, mengatakan, sejak pandemi covid 19 tahun 2020 lalu, desa adat Bena resmi ditutup bagi wisatawan. Seluruh aktifitas pada sektor pariwisata semuanya berhenyi. Masyarakat kembali menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian dan perkebunan.

"Bagi kami yang menetap dan menggantungkan hidup pada sektor pariwisata, sangat terganggu dengan penutupan kampung adat Bena bagi pengunjung. Kami kembali menggantungkan jidup pada sektor pertanian dan perkebunan selama pandemi covid 19 ini. Kita berharap dengan dibukanya kembali kunjungan bagi wisatawan manca negara dan wisatawan nusantara, pertanda baik dan menjdi titi kebangkitan sektor pariwisata. Setelah dibuka kembali kunjungan bagi wisatawan, tentunya protokol kesehatan akan dikedepankan. Ini menjadi komitmen kami untuk menekan penyebaran covid 19, dan tetap menghidupkan sektor pariwisata." Ungkap Irenius Rodja.

Masih menurut Irenius Rodja, dikampung adat megalitikum Bena, ada sembilan suku yang menetap didalam kampung adat Bena. Sembilan suku tersebut diantaranya, suku Bena, suku Ngadha, suku Ago, suku Dizi Azi, suku Dizi Kae, suku Wato, suku Deru Lalu Lewa, suku Deru Solo Mai, suku Kopa. Kehidupan masyarakat dalam kesehariannya sangat menjunjung tinggi persaudaraan dan kekerabatan. 

"Kami sangat siap untuk kembali menyambut para tamu yang datang, setelah sekian lama kampungbini ditutup bagi pengunjung. Kami siap menerima kembali kunjungan para wisatawan baik mancanegara maupun nusantara, sebagai saudara dan keluarga. Selamat datang di desa Bena, kami akan memberikan pelayanan terbaik dengan apa yang kami miliki. Jadikanlah desa Bena sebagai rumah dari para wisatawan. Satuhal penting yang harus diperhatikan dimana pengunjung yang datang harus mentaati protokol kesehatan." tutup Irenius Rodja.

Pantauan media ini langsung di desa Bena, terlihat pengunjung baik mancanegara maupun yang berasal dari kabupaten tetangga mulai berdatangan. Aktifitas petugas pengelola pariwisata juga mulai terlihat aktif di pintu masuk desa Bena. Kelengkapan protokol kesehatan disiapkan dengan baik.  Terlihat pula sekelompok anak muda berpakaian adat Bajawa tengah mempersiapkan diri, menyambut dibukanya kembali desa Bena bagi pengunjung baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara.(kp/tim)



.
Lebih baru Lebih lama