|
Nasabah PT. ADS menunjukan bukti penyetoran |
|
Direktur Utama PT. ADS. Muhamad Badrun, resmi menjadi tahanan Kejakaaan Negeri Ende |
Ende, KP
Sejak orang nomor satu PT. Asia Dinasti Sejahtera (ADS), Mohamad Badrun, mendekam dibalik jeruji besi, kepastian penyeleaaian dana milik nasabah semakin kabur. Aktifitas kantor berhenti, petinggi dan staf PT. ADS seolah-olah hilang ditengah belantara. Janji mengembalikan dana milik nasabah dengan menjual aset milik PT. ADS cuma pepesan kosong belaka. Faktanya aset milik PT ADS dibeli dengan sistim kredit sesuaai keterangan bis PT.ADS kepada penyidik. Fakta lainnya, kantor megah milik PT. ADS di jalan Patimura, beredar kabar sudah dibeli dan menjadi milim PT.ADS. Aneh jika sebagai pemilik kantor megah kini PT ADS malah menempati bangunan bekas warung bakso. Kondisinya sangat tidak layak disebut kantor, bahkan ruangan kerjanya hanya berisikan beberapa buah kursi tanpa ada meja.
Cuitan dimedia sosial dan diruang publik kini beragam muncul. Kondisi ini muncul akibat "ulah" dati manajemen PT. ADS yang terkesan pandai membuat janji tanpa ada kepastian. Nasabah sudah kehilangan uang puluhan hingga ratusan juta, manajemen PT. ADS seolah-olah menghindar dari tanggung jawab. Janji yang sudah diumumkan ke publik terus diganti dengan janji baru. Bahkan pengumuman terbaru yang disampaikan PT. ADS tanpa ada legalitas yang jelas. Pengumuman dikeluarkan tanpa ada cap dan tandatangan penanggung jawab yang menununjukan legalitas perusahaan. Mirisnya lagi, manajemen PT. ADS mengajak nasabah membawa persoalan tersebut dalam doa, sementara para nasabah datang untuk menaggih uang yang sudah diinvestasikan pada PT. ADS.
Kontradiktif situasi yang dihadapi ini membuat berang para nasabah.
Lamber Uran, nasabah PT. ADS asal Flores Timur, kepada media ini beberapa waktu lalu mengatakan, banyak nasabah yang tertarik masuk karena pemerintah daerah juga ikut terlibat. Pada saat sosialisasi dan pemaparan kita melihat banyak orang penting dan orang pemerintahan yang hadir. Mereka bukan orang sembarang, sehingga kami yakin investasi ini baik.
"Sejak awal kami ikuti prosesnya, mulai dari sosialisasi, pemaparan materi hingga presentasi soal hasil yang akan didapat bagi para nasabah. Kami sangat tertarik apalagi dijanjikan mendapatkan keuntungan dua kali dari besaran dana yang kita setor. Tawaran menarik lainnya, jika selama satu tahun menjadi nasabah akan mendapatkan bunga 100 persen. Kita tertarik masuk karena para pejabat dari pemda juga hadir mewakili pemerintah. Saat ini kami pusing karena tagihan dari bank dan koperasi sudah menumpuk. Kami mau bayar pakai apa kalau direkturnya sudah ditangkap. Sedangkan klaim kami sudah jatuh tempo. Total investasi saya dan keluarga serta nasabah yang saya rekrut sebesar 190 juta rupiah. Ini menjadi beban utang bagi kami. Waktu mulai tersendat pembayaran dan para nasabah banyak datang menagih, mereka menjanjikan akan menjual aset toko di Jalan Cendana, tanah di jalan Eltari, rumah dan tanah di Maumere serta aset tanah di Lembata. Hasilnya akan dibayarkan kembali ke nasabah pada bulan Juli dengan sistim 50 nasabah dibayar setiap hari." tegas Lamber Uran.
Hal yang sama juga dialami Ibu Marta Gomes. Wanita asal Timor Leste yang kini menetap bersama keluarga dibelakang SMA Negeri 2 Ende, juga mengalami nasib yang sama. Wanita paruh baya ini mengaku investasi dalam bentuk uang dan coin secara keseluruhannya mencapai 172 juta rupiah.
"Saya juga sama uang investasi yang saya masukan di PT. ADS sebesar 172 juta rupiah. Sistim investasinya dimana tahap satu kita masukan dana sebesar 75 juta rupiah. Setelah itu kita cari nasabah dua orang dengan total investasi masing-masung sebesar 15 juta rupiah. Kita masukan lagi satu akun dengan besarannya 7 juta rupiah. Ditambah deposito selama enam bulan sebesar 15 juta rupiah. Dana kami yang sudah disetor ditarik sebesar 45 juta rupiah untuk investasi coin. Kami berharap agar dana yang kami setor ini bisa dibayar kembali. Mereka menjanjikan kepada kita akan dibayarkan kembali dana investasi dengan menjual aset yang mereka miliki. Nantinya pada bulan Agustus sistim pembayarannya akan kembali normal seperti pada proses awal. Kami cuma berharap mereka tepati janji untuk mengembilikan uang kami." ungkap Marta Gomes.
Pantauan media ini langsung dilokasi kantor PT. ADS hingga Selasa 8/6, tidak ada aktifitas kegiatan pelayanan bagi nasabag. Gerbang kantor PT. ADS tertutup rapat bahkan dililit dengan rantai dan digembok. Ruangan didalam kantor PT. ADS terlihat hannya diisi beberapa kursi yang disusun rapi tanpa ada meja kerja. Kondisi ini jelas tidak menunjukan kelayakan sebagai sebuah kantor, apalagi sebagai peruaahaan yang bergerak dibidang jasa keuangan. Publikpun meminta agar aparat penyidik juga memanghil dan memeriksa para pihak yang terlibat langsung dalam PT. ADS, karena dinilai bekerja bersama-sama. Tanggungjawab tidak bisa dibebankan kepada direktur utama saja, tetapi semua pihak yang ada dalam struktur manajemen PT. ADS. (kp/tim)