Aktifitas dipasar Mbongawani Ende
Ende, Kp
Derita pedagang yang berjualan dipelataran pertokoan, pinggiran jalan didalam areal pasar, dan juga disepanjang jalur jalan setapak di Pasar Mbongawani, tetap diwajibkan membayar retribusi. Sementara para pedagang tersebut tidak menggunakan fasilitas pasar yang disediakan oleh pemerintah. Dalam sehari mereka diwajibkan membayar lima ribu rupiah dengan rincian dua ribu untuk pembayaran retribusi wajib dan tiga ribu untuk uang kebersihan. Namun kondisi mereka sangat memprihatinkan, apalagi disaat hujan, mereka harus berjuang mengais rejeki ditengah lumpur dan genangan air yang berada tepat didepan barang dagangannya. Miris memang namun itulah fakta yang terjadi di Pasar Mbongawani Ende.
H. Rahman, salah satu pedagang yang menempati kios kecil dipingiran jalan masuk Pasar Mbongawani, kepada media ini, Sabtu 8/5 mengatakan, dirinya terpaksa menggelar barang dagangannya beralaskan terpal dipinggir jalan. Pasalnya sejak ada kebijakan pembongkaran atap kios yang melebihi bahu jalan, barang dagangannya tidak bisa dijual atau dipajang jika terjadi hujan. "Hari ini saya terpaksa berjualan dengan beralaskan terpal. Sejek malam tadi terjadi hujan lebat hingga siang ini, barang dagangan saya tidak bisa dipajang seperti biasanya. Persoalannya sejak adanya kebijakan pengurangan atap kios oleh pemerintah, sangat berdampak bagi kami. Saat hujan seperti hari ini, air hujan jatuh tepat diatas barang dagangan. Menghindari kerugian yang lebih besar terpaksa kami menggunakan tenda dan berjualan dengan beralaskan terpal dipinggir jalan. Barang dagangan saya seperti lombok besar, bawang putih, bawang merah, kentang dan beberapa kebutuhan dapur lainnya, saya gelar dibawah tanah dengan beralaskan terpal. Nanti setelah hujan reda baru kita manfaatkan kembali kios yang ada ini. Kami setiap hari juga ditagih retribusi, untuk kios biasanya perhari empat ribu rupiah ditambah uang kebersihan tiga ribu rupiah. Kita bayar perhari untuk kewajiban kita sebesar tuju ribu rupiah." Ungkap H. Rahman.
Hal yang sama juga disampaikan Mama Maria Reku, pedagang siri pinang yang berjualan dipinggir jalan masuk Pasar Mbongawani, menurutnya setiap hari ada petugas yang datang menagih uang retribusi dan uang kebersihan. Kewajiban tersebut tetap dipenuhinya walau kadang barang dagangannya belum ada yang membeli. "Sejak suami saya meninggal 12 tahun lalu, saya mulai berjualan di Pasar Mbongawani untuk membiayai uang sekolah anak saya dan kebutuhan rumah tangga. Kami terpaksa berjualan dibadan jalan karena didalam los pasar tidak ada pengunjung pasar yang masuk untuk membeli barang dagangan kami. Tetapi setiap hari ada dua petugas yang datang menagih uang retribusi dan uang kebersihan. Untuk uang retribusi kita biasanya bayar dua ribu rupiah, sedangkan uang kebersihan sebesar tiga ribu rupiah, total satu hari sebesar lima ribu rupiah. Kewajiban tetap kami penuhi, kami cuma berharap pemerintah bisa melakukan penertiban dan menempatkan petugas agar pengunjung bisa diarahkan masuk kedalam los pasar yang sudah disiapkan. Kalau kondisinya tetap dibiarkan seperti ini, maka kami juga akan tetap berjualan disini agar barang dagangan kami bisa laku terjual. Kami harap penertiban dilakukan setiap hari, kalau cuma sesekali dilakukan penertiban maka pedagang akan kembali berjualan dibadan jalan." Ceritra mama Maria Reku.
Keluhan yang sama juga disampaikan Dominggus Lesi, pedagang siri pinang yang juga berjualan ditepi jalan masuk Pasar Mbongawani. Menurut Dominggus, setiap hari dua kali petugas melakukan penagihan baik retribusi dan pungutan uang kebersihan. Namun fasilitas pasar bahkan jalan masuk pasar sejak beberapa tahun terakir tidak diperbaiki. Kalau musin hujan kondisi pasar ini sangat becek dan banyak genangan air. "Saya berjualan sejak dari pasar lama hingga dipindahkan ke lokasi Pasar Mbobgawani, kurang lebih sudah 30 tahun. Kita memilih berjualan dipinggir jalan karena lokasi yang disiapkan pemerintah minim penerangan. Apalagi dipagi hari kondisi didalam los pasar terlihat gelap. Kendala yang kita hadapi jika terjadi hujan maka kita akan mengeluarkan biaya lebih. Kita terpaksa menyewa ojek untuk mengangkut pasir dan diuruk didepan tempat jualan kita. Kalau tidak genangan air yang ada jika dilintasi motor akan mengenai barang jualan kita. Soal bayar retribusi tetap kita bayar, cuma kita minta tolong dilakukan perbaikan dan penertipan sehingga pengunjung diarahkan masuk kedalam los pasar. Kalau kondisi ini dibiarkan, maka kami pedagang akan berlomba mencari tempat yang bisa berinteraksi dengan pembeli dan dengan terpaksa pula kami harus berjualan dipinggir jalan." pinta Dominggus Lesi.
Pantauan media ini langsung di Pasar Mbongawani dimana sejak malam hingga sore ini, hujan deras mengguyur kota Ende berdampak pada aktifitas pasar. Para pedagang yang berjualan disisi kiri kanan jalan terlihat menutup sebagian barang dagangannya, karena takut percikan air dan lumpur dari kendaraan yang melintasi jalur tersebut. Terlihat pula sejumlah pedagang menggunakan tenda seadanya agar bisa berjualan untuk mengais rejeki. Kondisi ini bertolak belakang dengan fasilitas pasar yang sudah disiapkan oleh pemertintah dimana masih terlihat banyak lapak yang kosong. Untuk diketahui, sejak diresmikan pengoperasian bangunan pasar baru, masih ada lapak yang kosong dan belum diisi oleh pedagang. Sedangkan untuk lapak pasar yang letaknya dipesisir pantai juga nampak beberapa los bangunan terlihat kosong. Sayangnya kondisi lapak yang lama ini terlihat gelap dan minim penerangan sehingga pedagang enggan menempati lapak tersebut.(kp/tim)