Permukaan air Danau Kelimutu mengalami penurunan |
Salah satu destinasi wisata yang masuk dalam tujuh keajaiban dunia, Danau Kelimutu, saat ini permukaan air pada tiwu Ata Bupu mengalami penurunan. Satu dari tiga kawah danau yang ada, tepatnya pada kawah danau Ata Bupu penurunan permukaan air sangat signifikan, bahkan penurunan permukaan air danau sudah terjadi selama satu tahun terakir. Belum diketahui pasti apa penyebabnya sehingga terjadi penurunan air permukaan danau tersebut.
Kepala Balai Taman Nasional Kelimutu, Persada Agussetia Sitepu, kepada mediaa diruang kerjanya, Selasa 11/5 menjelaskan, penurunan air permukaan pada kawah danau Ata Bupu sudah setahun ini terjadi. Kita sudah memfasilitasi pengecekan lokasi dengan pihak Vulkanologi untuk mengambil sampel sampai ke titik danau. "Penurunan air permukaan danau Ata Bupu sudah terjadi setahun ini. Kita bukan orang yang paham soal vulkanologi, jadi kita sudah memfasilitasi petugas vulkanologi pemantau gunung berapi Gunung Kelimutu, melakukan pengecekan lokasi dan pengambilan sampel. Kawah Danau Kelimutu letaknya diketinggian 1.600 dari permukaan air laut. Air yang ada pada danau tersebut berasal dari air hujan yang tertampung pada kawah prositas dimana dasarnya kedap air. Sejak tahun 2019 kondisi airnya tetap seperti saat ini atau stagnan. Kita berpikir akan pulih kembali saat musim penghujan namun kondisinya tetap saja seperti yang ada saat ini. Pada awal pengeberon kita berpikir berdampak langsung pada Danau Kelimutu, namun oada tahun 2018, 2019, 2020 masih terjadi perubahan warna pada danau tersebut. "Ungkap Agussetia Sitepu.
Masih menurut Kepala Balai TNK Kelimutu, kita tidak bisa pastikan penurunan air permukaan Danau Kelimutu ada kaitannya dengan pengeboran panas bumi Mutu Busa. Tahun 2017 sebelum dilakukan pengeboran panas bumi Mutu Busa, kita minta unyuk dilakukan pengkajian lengkap apakah berdampak atau tidak pada Danau Kelimutu. "Dari awal kita bersikeras sebelum pengeboran harus dilakukan pengkajian secara lengkap dampak terhadap danau Kelimutu. Kita minta ahli gheothermal dari Universitas Indonesia (UI) melakukan pengkajian. Hasil kajiannya disampaikan pada kementrian lingkungan hidup (KLHK) dimana aliran magma atau vumarol dari Danau Kelimutu menuju Desa Watu Raka, tidak berhubungan dengan panas bumi Mutu Busa. Saya percaya karena itu hasil kajian teknis dan terbukti selama tiga tahun dari tahun 2918, 2019, 2020 masih terjadi perubahan warna. Pada tahun 2020 ada fenomena penurunan permukaan air di danau Ata Bupu. Apakah itu berkaitan dengan keberadaan pengeboran panas bumi Mutu Busa saya tidak tau. Dasarnya sudah ada kajian ilmiah sebelumnya pengeboran panas bumi Mutu Busa tidak ada dampak atau berkaitan dengan Danau Kelimutu. Ini fenomena alam yangbterjadi, begitu juga pada didinding pembatas kedua danau, yang menurut ceritera dulu bisa dilalui orang. Namun saat ini kondisinya terus menipis. Jika satu saat terjadi penyatuhan kedua danau itu merupakan fenomena alam kita tidak bisa berbuat apa-apa." Jelas Agussetia Sitepu.
Menurut salah satu staf di pos pengamatan gunung api Kelimutu, Anwar Mucklisin, kepada media ini melalui pesan singkatnya menjelaskan, ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan terjadinya penurunan pernukaan air dikawah Danau Kelimutu diantaranya, Kondisi hidrologi Kawah 3 (Tiwu Ata Bupu), Sebaran air tanah disekitaran Kawah 3 dan Kondisi geologi bebatuan, pelapisan tanah disekitaran Kawah 3 tersebut. "Pada tahun 2020 lalu kami dari PGA Kelimutu dan dari TN Kelimutu bersama melakukan pemeriksaan Kawah 3 Tiwu Ata Bupu. Dari pengamatan kami, visual air danau Kawah Tiwu Ata Bupu mengalami penurunan tinggi permukaan air pada kawah danau tersebut. Setelah melakukan pemeriksaan, dieperoleh datanya, bahwa di Kawah 3 (Tiwu Ata Bupu) ini kalau dari segi gejala Vulkaniknya memang tidak begitu terlihat signifikan. Jika untuk sampai berapa meter persisnya nilai dari turunnya tinggi muka air danau Kawah 3 ini, kami tahun lalu belum sampai melakukan pengukuran untuk mengetahui nilai volume susutnya sampai berapa persisnya. Untuk mengetahui secara pasti butuh metode pemeriksaan dan penelitian yang lebih besar lagi, termasuk dari segi personil dan peralatannya. Dari pantauan kami tinggi muka air pada kawah tiga (Tiwu Ata Bupu) pada tahun 2015 jauh berbeda debgan kondisi saat ini yang mengalami penurunan. Butuh satu penelitian besar dengan melibatkan parah ahli. Kita sudah periksa suhu dan PH air. Bisa juga penurunannya bisa terus terjadi penurunan atau bahkan bisa naik lagi, atau juga stagnan tergantung dari kondisi hidrologi, kandungan air tanah disekitaran Kawah 3 ini. Bisa juga penurunan permukaan air kawah danau disebabkan kondisi geologi dari bebatuan dan lapisan tanahnya dari Kawah 3 ini mengalami perubahan. Semacam ada celah, yang bisa menyebapkan airnya merembes dan berkurang." tulis Anwar dalam pesannya.
Penurunan permukaan air pada danau Kelimutu juga mendapat perhatian dari berbagai pihak, Louys Ata Moni, juga mengkhawatirkan kondiai yang terjadi di Danau Kelimutu. Menurutnya, berkaitan dengan turunnya debit air di salah satu danau, memang ada keresahan di masyarakat. Persoalannya selama ini tidak perna terjadi hal seperti ini. sebab dan akibatnya ini yang kami belum tau. mestinya pihak TNK pun memberikan informasi apa penyebab nya, walupun bukan rananya mereka. Tetapi paling tidak pengelola TNK berkoordinasi dengan pihak yang berwenang untuk bisa menjelaskan sebab musababnya kepada masyarakat.(kp/tim)