BPRSP NTT Tinjau Kondisi RS Rujukan di Pulau Sumba

Tim BPRSP NTT, foto bersama usai meninjau kondisi rumah sakit rujukan di Pulau Sumba

Ende, KP

Badan Pengawas Rumah Sakit (BPRSP) Provinsi NTT yang diwakili oleh dr. Debby Veronika Abineno dan Blasin Kristoforus, S.Fil pekan lalu meninjau langsung kondisi kesiapsiagaan rumah sakit rujukan di pulau Sumba ditengah badai pandemi covid 19. 
Selain itu, BPRS NTT juga menindaklanjuti kasus perusakan fasilitas ruang isolasi Covid-19 RSUD Waikabubak yang dilakukan oleh keluarga pasien pada  Sabtu, 17 April 2021 silam.
Dalam kunjungan tersebut, BPRS NTT disambut oleh Direktur RSUD Waikabubak, dr. Japendi R.P. Saragih, SpA, M.Biomed serta pejabat struktural lainnya. 
“Kami memberikan penjelasan dan diskusi tentang pedoman tata kelola operasional rumah sakit di era pandemi covid -19. Dari hasil diskusi bersama Tim RSUD, didapatkan bahwa rumah sakit pemerintah tipe C dengan status BLUD sejak tahun 2014 di Kabupaten Sumba Barat, masih melayani masyarakat di tiga kabupaten pemekaran yaitu Kabupaten Sumba Barat, Sumba Barat Daya dan Sumba Tengah. Dengan mempertimbangkan strategi internal RS, termasuk strategi jika terjadinya lonjakan kasus covid-19,” sebut dr. Debby. 
Dikatakan, BPRSP NTT memberikan masukan terkiat manajemen RSUD Waikabubak agar menyusun rencana strategi dalam bentuk tertulis, contohnya strategi untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan kasus covid -19, dimana pihak RSUD Waikabubak sedang mempersiapkan 15 tenaga kesehatan tambahan yang terdiri dari 2 orang dokter, 5 orang bidan, dan 8 orang perawat. Nantinya akan diberikan pelatihan berkala tentang protokol covid -19 oleh Tim PPI RSUD Waikabubak.
“Kami mengapresiasi respon cepat RSUD Waikabubak, dengan merubah akses masuk ruang isolasi Covid-19 melalui kebijakan satu pintu, untuk menjamin keamanan petugas kesehatan dan pasien yang dirawat. Juga inovasi RSUD paska perusakan fasilitas rumah sakit oleh keluarga pasien, dengan membuat konten video tentang keadaan riil pelayanan di RSUD sepanjang pandemi Covid-19, yang dipublikasikan melalui media sosial. Langkah ini untuk memberikan persepsi berbeda pada masyarakat Sumba Barat tentang RSUD Waikabubak dan tenaga kesehatan yang terlibat,” sebut dr. Debby Veronika Abineno
Sementara itu, Direktur RSUD Waikabubak dan Ketua Tim PPI RSUD Waikabubak, dr. Hendrawati Mahemba, SpPK menjelaskan, setelah kejadian perusakan ruang isolasi,  tim RSUD segera mengaktifkan tim media RSUD Waikabubak yang telah dibentuk sebelumnya, terdiri dari tenaga internal RSUD sendiri. 
“Kita memberikan masukan tambahan agar tim media RSUD Waikabubak dipersiapkan dengan rencana strategi yang solid, demi memperkecil gap komunikasi antara masyarakat Sumba Barat dengan RSUD Waikabubak. Sekaligus mematahkan stigma negatif masyarakat tentang Rumah Sakit di era pandemi Covid-19. Ini sesuai dengan Surat Edaran No HK 02.01/Menkes/303/2020 tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19. Sudah saatnya Rumah Sakit menjemput bola dengan menggunakan media sosial, juga mengaktifkan bagian humas yang bertanggung jawab langsung dalam menyampaikan informasi, tepat waktu dan akurat kepada pasien, keluarga pasien. Termasuk informasi harian tentang kondisi pasien pada keluarga. Dengan demikian, resiko miskomunikasi yang menyebabkan kejadian tidak diinginkan seperti perusakan fasilitas rumah sakit oleh keluarga pasien bisa ditekan seminimal mungkin.” kata dr. Debby.
Anggota Tim BPRS NTT, Blasin Kristoforus, S.Fil mengatakan, rumah sakit juga bisa mengupayakan komunikasi eksternal dengan pihak gereja, juga struktur organisasi masyarakat yang ada, seperti karang taruna, PKK maupun satgas Covid-19, mulai dari perangkat RT, RW, sampai kelurahan, untuk menjangkau masyarakat melalui pengawasan protokol pencegahan Covid-19 maupun edukasi langsung.
BPRSP NTT juga bertemu langsung dengan dokter Internis yang menjadi penanggung jawab pasien covid untuk memberikan dukungan moral atas perjuangan mengatasi rasa takut paska kejadian perusakan ruang isolasi, baik sebagai seorang manusia, seorang perempuan, seorang ibu, sekalipun sebagai seorang dokter, tentu tidak bisa melawan panggilan tugas  sesuai etika kedokteran yang telah dipegang.
BPRSP NTT juga akan terus berkomunikasi dengan pihak RSUD Waikabubak dalam penyusunan strategi rumah sakit diera Covid-19, dengan saling berbagi informasi untuk kebaikan pasien dan rumah sakit. Sekaligus untuk penguatan mentalitas petugas kesehatan, demi pelayanan terbaik bagi masyarakat Sumba Barat.
BPRSP NTT juga mengunjungi RS Kristen Lende Moripa yang disambut oleh Direktur RS dr. Loeta Lapoe Moekoe, wakil Direktur, Yohanis Boro, SE, serta tim managemen RS. Permasalahan yang sama dengan RSUD Waikabubak ditemukan, seperti tumpang tindih tugas satgas covid-19 Kabupaten Sumba Barat, dalam penerapan protokol covid 19. Persoalan tersebut langsung disampaikan kepada Bupati Sumba Barat terpilih, Yohannes Dade, SH. Laporan tersebut direspon dengan baik oleh bupati untuk dijadikan bahan agenda rapat Satgas COVID-19.(kp/tim)
Lebih baru Lebih lama