Mama, Saya Pamit Mau ke Pontianak


Ende,KP
Mama Demetria Lede  Vita, Ibunda dari Almarhum TeofilusLau Ura, salah satu korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air. 
Ib
Kabut duka menyelimuti keluarga besar Mama Demetria Ledevita Eta (46), atas kepergian putra pertama Teofilus Lau Ura (23). Almarhum Teofilus Lau Ura ikut dalam penerbangan bersama maskapai Sriwijaya Air, yang jatuh diperairan kepulauan seribu. Duka kian terasa karena Almarhun Teofilus sangat familiar dengan keluarga dan juga menjadi tulang punggung keluarga. Tidak itu saja, almarhum Theofilus menjafi kebanggaan sang mama, walau cuma bermodalkan ijasah SD, Teofilus mampu mehiduoi keluarga kecil di Desa Pora, Kecamatan Wolojita, Kabupaten Ende. Bekerja serabutan Almarhum juga membiayai sekolah adik kandungnya, Tarsisius Panda hingga ke sekolah lanjutan atas.  
Mama Demetria Ledevita Eta, saat ditemui media ini dirumah duka Desa Pora, Senin 11/1 sangat berat unyuk mengungkapkan perasaan dika dan cintanya pada Almarhum  Teofilus Lao Uta. Cuma beberapa kalimat saja yang bisa mama Demetria sampaikan kepada pekerja media. Menurut Mama Demetria, kontak terakur dengan anaknya terjadi saat anaknya berada diruang tunggu bandara, sebelum keberabgkatan anaknya ke Pontianak dengan pesawat Sriwijaya Air. "Saya terima telepon dari anak saya Teofikus Lau Ura. Dia cuma sampaikan ke saya, mama saya pamit mau ke Pontianak. Setelah itu tidak ada kontak lagi hingga kabar duka menghampiri keluarga kami. Sebagai seorang ibu saat itu perasaan saya seperti gelisah, tidak ada tanda apapun tentang peristiwa maut yang menimpa anak saya. Saya coba hubungi lagi ke ponsel anak saya, tetapi tidak ada jawaban dan ponselnya mati. Selang beberapa saat salah satu anggota keluarga datang menyampaikan peristiwa jatuhnya pesawat Sriwijaya yang juga ditumpangi anak saya Teofilus. Saya langsung shok dan lemas, anak laki-laki pertama saya sudah pergi. Saya masih terus berharap dan berdoa agar anak saya bisa kembali." Ungkap Mama Demetria.
Masih menurut Mama Demetria, sehari sebelum keberangkatan anak saya ke Pobtianak, malam harinya anak saya Teofilus Lau Ura masih melakukan kontak Video Call (VC). Itu telepon terakir yang kami berbincang-bincang agak panjang. "Sebelum VC dengan saya dan keluarga lainnya, dia (Tofilus) sempat kontak terlebih dahulu. Saat itu Teofilus cuma pesan nanti saya sampai di penginapan baru saya telpon mama lagi. Setiba dipenginapan Teofilus langsung kontak VC dengan saya. Tetapi pembicaraan Teofilus saat itu tidak seperti biasanya. Saya juga tidak mengerti apa yang anak saya omong. Perasaan seorabg ibu mulai terasa gelisah, saya sempat tanya pakai baha daerah, kau gare apa, iwa jelas ( kau omong apa, tidak jelas semua). Tetapi dia teyap omobg dan sampaikan kalau dia bicara sangat jelas, bahkan dia juga bilang mungkin jaringan ditempat mama yang terganggu. Adah yang aneh dalam VC tersebut, saya melihat anak saya seperti berada dudalam ruangan yang gelap. Saya langsung tegur kenaoa telepon mama ditempat gelap seperti itu. Mama tidak bisa lihat kau, tetapi lagi-lagi Teofilus sampaikan, saya ini dipenginapan diruangan penginapan yang sangat terang. Anehnya saya betul-betul tidak melihat wajah dan tubuh anak saya saat VC malam terakir itu. Tidak seperti biasanya kalau VC dengan saya dan keluarga kami saling ceritra dan bisa melihat muka dan aktifitas anak saya. Malam itu sangat berbeda anak saya tidak bisa saya lihat, cuma ada sambungan telepon VC dan suara saja." Ungkap Mama Demetria.
Lebih lanjut diungkapkan mama Demetria, sebagai seorang ibu, saya tetap berharap anak saya kembali dengan selamat, jikalau kehendak ilaih berkata lain, kami terima tetapi jasad anak saya harua ada dan dibawa kembali ke pangkuan saya. "Bulan Desember 2020 lalu, saya mendapat kiriman bingkisan dari anak saya. Itu hadiah terakir dari anak saya. Saya dikirim satu unit HP dan pakaiayan, saya sangat bahagia saat itu. Namun kebahagian saya langsung sirna saat mendengar kabar duka yang datang dari keluarga kami di Jakarta. Tidak ada tanda apapun, buasanya kalau anak saya sakit, saya selalu diberitahu lewat mimpi saya. Ada tanda dalam mimpi saya, dan itu pasti betul terjadi. Tetapi keoergian anak saya kaki ini tidak ada petunjuk baik dalam mimpi maupun keseharuan saya." tutup Mama Demetria.
Infirmasi yang dihimpun media ini dari beberapa keluarga menyebutkan, Teofilus Lau Ura adalah putra pertama dari pasangan  Bapa Dominikus Lau dan Mama Demetria Lede Vita.
 Almarhum memiliki seirang adik laki-laki Tarsisius Panda. Sekan almarhum masih bersekolah di SD Pora, orang tua laki-lakinya memilih merantau ke Malaysia. Melihat kondisi ekonomi keluarga yang susah, dua tahun lalu bermodalkan ijasah SD, Teofilus menngadu keberubtubgan ke Jakarta. Dusana dia bekerja apa saja, asalkan bisa mendapatkan uang untuk membiayai ekononi keluarga serta membiayai sekolah adik kandung satu-satunya. Sayangnya kepergian Teofilus Lau Ura ke Pontianak, tidak menggunakan identitas pribadi (KTP) . Teofilus dalam manifes penunpang menggunakan nama dan KTP milik Felux Wenggo. Menurut keluarga mereka masih memiliki hubungan darah dan mama dari Felix Wengga berasal dari kampung yang sama dengan orang tua almarhum Teofilus. Kp/tim.
Lebih baru Lebih lama